Walaupun Lampung memiliki kopi yang enak dan kopi juga sebagai
ikon kota Lampung, namun kopi masih belum cukup berkebmang di pasar dunia.
Lampung yang banyak memproduksi kopi robusta kalah dengan kopi arabika yang
banyak permintaannya. Ratna menjelaskan, bahwa kopi robusta kurang diminati di
pasar Internasional. Pasar lebih
menyukai kopi Arabika.
Resolusi Dinas Perdagangan Provinsi Lampung di Tahun 2016
ini, fokus untuk mengusahakan pembuatan kopi lampung ini menjadi produksi yang banyak
dikenal dan dapat dijangkau dengan mudah. Meskipun petani lampung masih anyak
yang hanya memproduksi biji kopi namun di tahun 2016 ini akan di usahakan untuk
pengiriman kopi bubuk, karena harga jual kopi bubuk yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kopi biji.
Sebagai perbandingan, Ratna Dewi, Humas Dinas Perdagangan
mengatakan bahwa untuk meningkatkan daya saing di pasar Internasional,
permintaan dari mereka tidak lagi merupakan biji. Tetapi berupa kopi olahan yang telah
digiling. Sehingga, hasil yang pada awalnya ketika masih menjadi biji kopi
berharga sekitar 20.000 rupiah, setelah diolah menjadi 40-45 ribu rupiah.
Ia juga mengutarakan bahwa produksi kopi robusta di Lampung
tidak tinggi. Walaupun termasuk dalam
kategori unggulan, namun kopi robusta di Lampung dikumpulkan oleh
pengepul-pengepul dari Provinsi lain.
Yaitu, dari Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, dan Palembang. Jadi setelah dikumpulkan di Lampung, oleh
para pengepul di ekspor ke Negara lain.
Sehingga Lampung kaya akan kopi robusta.
Ia pun menganalogikan kopi Lampung ini dengan Batubara yang
ada di Palembang. Bahwa batubara yg ada
di Lampung merupakan pasokan dari Palembang.
Bukan dari Lampung sendiri yang mempunyai kandungan batubara masih
muda. Sama halnya dengan kopi robusta di
Lampung yang pasokannya sangat banyak.
Hal itu bukan dari hasil ratusan hektar kebun kopi di Lampung. Tetapi merupakan pasokan dari Provinsi lain
yang dikumpulkan oleh para pengepul.
Sehingga, akumulasi kopi inilah yang menjadi tambahan nilai ekspor kopi
robusta Lampung.
Untuk membuktikan bahwa kopi Lampung masih mengandalkan dari
Provinsi lain ia mengajak untuk melihat sendiri ke gudang kopi, untuk melihat
pengekspor kopi dari provinsi lain yang masuk ke Lampung. “ya, kita lihat di pengepul kopi, mereka juga
memasok dari Provinsi sekitar.” Unggahnya.
Dirinya mengaku bahwa Lampung masih mengandalkan sektor
pertanian sebagai penghasilan utama daerah.
Juga menurutnya, Dinas Perdagangan dan Dinas Pertanian masih terus
berusaha untuk memperbaiki dan menambah kualitas di sektor pertanian.
Untuk masalah kualitas hasil, ia mengatakan bahwa, apabila
produksi komoditi di Lampung akhir-akhir ini kurang bagus, itu disebabkan oleh
faktor teknis dan non teknis.
“akhir-akhir ini komoditi kurang
bagus disebabkan oleh cuaca, kemarau yang disusul oleh hujan besar dari bulan
lalu.” Ujarnya.
Selain kopi lampung, dinas perdagangan juga sudah
berkoordinasi dengan dinas peternakan soal peningkaiatan eksport udang beku
yang siap di konsumsi, “di Lampung juga sudah ada produksi udang di lampung
selatan jadi itu yang kita fokuskan,” tambahnya.
0 komentar:
Posting Komentar